[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Ratih Swastika Permata

Ratih Swastika Permata

Esaunggul.ac.id, Jakarta Barat, Mahasiswi Desain Produk kembali mengharumkan nama Universitas Esa Unggul, dialah Ratih Swastika Permata mahasiswi angkatan 2014 Desain Produk yang mengukir prestasi lewat karyanya di ajang desain busana muslim Hijap Festival 2018 yang diselenggarakan di kota Casablanka 26 Mei lalu. Dalam ajang tersebut, Ratih berhasil masuk dalam Top Five Best Fashion Moslem Wear dan berkompetisi dengan 50 Desainer dari seluruh daerah di Indonesia.

Mahasiswi tingkat akhir ini menerangkan dalam ajang tersebut dirinya membawa konsep Desain busana Muslim yang dipadukan dengan desain tradisional yakni kehidupan masyarakat baduy. Dalam konsep Baduy tersebut, Ratih mengambil potongan yang kasar dan asimetris, menggambarkan alam baduy yang indah, asri dan damai. Unsur etnik mendominasi rancangannya dengan menggunakan motif tenun Baduy yang berupa garis-garis geometris memanjang yang merupakan representasi filosofi adat yang terus lestari hingga sekarang.

“Dalam kompetisi tersebut saya mengambil Motif dari kehidupan suku baduy yang menjadi intrepertasi dari prinsip kebudayaan mereka yaitu “Pondok teu meunang disambung, nu lojor teu meunang dipotong.” Maknanya, orang Baduy pada dasarnya menerima alam sebagaimana adanya, nah dalam desain ini juga ditambahkan aksen tenun Baduy yang berfungsi penanda status sosial penggunanya,” terang Ratih di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat beberapa waktu lalu.

Ratih Foto Bersama saat Masuk Top 5 Hijup Festival

Ratih Foto Bersama saat Masuk Top 5 Hijup Festival

Dipilihnya tema Kebudayaan Baduy sebagai landasan Desain Fashionnya, Ratih melanjutkan hal ini dikarenakan keperihatinan dirinya melihat pengerajin kain tradisional yang sepi order. Dia pun melihat masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang pengetahuan tentang kain-kain tradisional Indonesia. “Selain merancang busana-busana dari kain tradisional Indonesia, dalam setiap desain yang saya buat akan menceritakan filosofi tentang kain-kain tradisional yang saya gunakan dalam sebuah rancangan, agar para pengguna desain saya mengetahui filosofinya bukan hanya sekedar menggunakannya” ungkapnya.

Ratih menambahkan tantangan yang dihadapinya dalam pembuatan Desain Busana Muslim tersebut yakni merancang karya yang unik dan memiliki “nyawa”, nyawa disini dimaksudkan agar setiap karya miliknya memiliki unsur filosofis yang berkarakter dan bisa bercerita tentang dirinya, jadi sebelum mendesain dia harus mempelajari terebih dahulu budaya dan kearifan lokal secara mendalam.

Para Peserta di Hijup Festival 2018

Para Peserta di Hijup Festival 2018

Dirinya pun berharap lewat karya yang ditorehkan olehnya untuk mengelaborasikan konsep moderen dan Tradisional dapat mengangkat budaya Indonesia serta memperkenalkan kepada genarasi muda bahwasanya kearifan lokal dapat diangkat menjadi sebuah karya yang moderen dan menjanjikan.

“Menjadi seorang desainer busana muslim adalah cita-cita terbesar saya, sebagai seorang desainer target saya adalah menjadi agen perubahan bangsa ini, tidak hanya sebatas mendesain, sebagai seorang fashion desainer, kita memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perubahan dalam berbagai hal salah satunya sektor usaha kreatif kecil dan menengah, produk kreatif yang bersumber dari nilai budaya menjadi salah satu sektor yang mendukung perekonomian Indonesia,” tutupnya.

Kompetisi desain busana muslim Hijup x kejar Mimpi CIMB Niaga merupakan rangkaian acara Hijup Festival 2018. Dari prestasi yang didapatkan oleh Ratih masuk Top Five Moslem Wear Hijup Festival, dirinya mendapatkan hadiah tabungan CIMB Niaga, sertifikat, dan company visit. Ratih pun berkesempatan untuk berkolaborasi dengan tim desainer dari powerhouse hijup yakni bersama desainer terkenal yang juga CEO Hijup Diajeng lestari CEO.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]