Webinar

Esaunggul.ac.id, Penyebaran Virus COVID-19 yang hingga saat ini masih belum berakhir, membuat masyarakat dan pemerintah menjalankan kenormalan baru (New Normal). New Normal sendiri dilakukan guna mengembalikan aktivitas masyarakat tanpa melonggarkan protokol kesehatan.

New Normal yang saat ini digaungkan oleh pemerintah dan masyarakat yakni mengubah perilaku lama menjadi kebiasaan baru dengan memakai masker, menjaga jarak sosial maupun fisik, rajin mencuci tangan, serta disiplin mengikuti protokol kesehatan.

Untuk membahas hal tersebut Universitas Esa Unggul menggelar Webinar bertajuk “Mengalami Akselerasi di Era New Normal di Masa Pandemi Covid-19,” Senin, 27 Juli 2020. Dalam Webinar tersebut materi diberikan oleh praktisi Komunikasi, Dr. Adiella Yankie Lubis dan President Director Jhon Robert Power Indonesia, Andrew Ardianto.

Dalam Pemaparannya, Adiella menerangkan bahwasanya saat ini,seluruh lapisan baik masyarakat, pemerintah, lembaga maupun industri harus beradaptasi dengan cepat saat New Normal. Kebiasaan-kebiasaan baru yang akan terjadi salah satunya yakni perubahan gaya komunikasi manusia yang menghindari tatap muka.

“Kebiasaan-kebiasaan yang akan dihadapi saat new normal yakni perubahan berupa revolusi komunikasi, Penggunaan Internet Meningkat 40 % seperti Whatsapp dan IG, Aktivitas fisik menjadi online dan pergeseran Budaya Komunikasi,” terangnya.

Sejumlah efek yang ditimbulkan dari Revolusi Komunikasi, lanjut Adiella yakni banyaknya kalangan yang dipaksa beradaptasi menggunakan media sosial, dapat melakukan penghematan biaya operasional, tatap muka berkurang penggunaan media sosial meningkat.

” Adapun efek lainnya yakni penggunaan langganan dari biaya internet yang meningkat, yang berkontribusi pada peningkatan biaya dan kecepatan yang tidak stabil, ketidak siapan berbagai sektor menghadapi internet of things, dan tentunya Hoax meningkat,” tuturnya.

Untuk itu Adiella melanjutkan terdapat sejumlah hal yang dibutuhkan dalam menghadapi New Normal saat ini, pertama Literasi Media Digital, kedua Kesiapan Mental dan Pengetahuan, ketiga Kontrol Diri, dan keempat Strategi Pemanfaatan Situasi.

Sementara itu pembicara selanjutnya yakni, Andrew Ardianto mengatakan dalam konsep adaptasi dan berakselarasi terdapat perbedaan sikap orang-orang dalam menghdapai pandemi dan New Normal saat ini. Dirinya pun memperlihatkan grafik, dalam grafik tersebut, terdapat 2.5% orang yang berinovasi dalam segala keadaan, 13.5 % merupakan Early Adopter, 34% Late Majority dan 16 % Laggards.

“Dari Grafik yang saat ini kita hadapi terdapat perbedaan antara berakselarasi dan beradaptasi, orang-orang yang mampu berakselarasi merupakan meraka yang mampu menempatkan diri mereka sebagai Inovator dan Early Adopter, sementara orang-orang yang beradaptasi merupakan Early Adopter dan Late Majority, sementara sikap langgards merupakan orang yang acuh kepada perubahan,” tuturnya.

Untuk itu, Andrew menjelaskan seseorang yang tidak mampu berakselarasi dan beradaptasi dalam sebuah keadaan dikarenakan beberapa hal yakni ketakutan kepada ketidaktahuan, kurangnya informasi, keadaan yang berubah dianggap ancaman, tidak adanya keuntungan yang didapat, kurangnya kepercayaan kepada organisasi.

“Menurut saya kalian tidak bisa merubah keadaan dan melihat dunia kecuali merubah kebiasaan anda, anda tidak bisa melihat dunia disekitar anda mengalami perubahan kecuali berakselerasi, sekali kalian berakselerasi, you can see everthing changes , akselarasi itu dimulai dari diri kita, tinggal kalianlah yang menentukan,” tutupnya