PROGRAM INTERAKTIF KOMPROMI DAN POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KASUS PEMILIHAN MENU MAKANAN

Aziz Luthfi
Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul
Jln Arjuna Utara, Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
[email protected]
Abstrak

Metoda Interaktif Kompromi merupakan metoda penelusuran solusi terbaik untuk permasalahan tujuan majemuk, bentuk fungsi tujuan dan kendalanya dinyatakan secara linier serta fungsi utilitas pengambil keputusan terhadap fungsi tujuan tersebut tidak perlu diketahui secara pasti. Ciri proses dari metoda ini yaitu dengan menggunakan solusi ideal sebagai titik acuan dalam penilaian alternatif, alternatif kompromi terbaik dibentuk dari alternatif-alternatif yang ada dengan menggunakan teorema minimax dan sero sum game, dan dalam pengambil keputusan melakukan urutan alternatif sehingga alternatif yang paling tidak disukai (urutan terendah) tidak dilibatkan lagi dalam pembentukan solusi kompromi berikutnya. Model interaktif kompromi diterapkan pada kasus pemilihan menu makanan terhadap 18 mahasiswa yang hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa memilih makanan dengan kalori tinggi dan kolesterol rendah dan harga yang cukup
Kata Kunci: Programa Interaktif Kompromi, Pengambilan Keputusan, Pemilihan Menu Makanan

Pendahuluan

Membuat keputusan merupakan aktifitas yang selalu harus dilakukan manusia terlebih lagi dalam bidang bisnis/usaha. Dalam sistem industri banyak terdapat situasi/ masalah keputusan yang memiliki kriteria majemuk, misalnya menentukan jumlah modal yang harus ditanamkan dengan tujuan meningkatkan jumlah produksi dan jumlah tenaga yang digunakan. Pada kondisi ekstrim dari tekanan waktu pengambil keputusan dapat saja menggunakan kriteria tunggal untuk segera mendapatkan solusi tetapi untuk masalah-masalah yang bersifat strategik atau yang memiliki dampak luas terhadap kelangsungan usaha maka pen-carian solusi haruslah didasarkan pada model yang mendekati kedaaan sebenarnya. J.D. Thomson membuat taxonomi pengam-bilan keputusan berdasarkan jumlah kriteria yang dilibatkan (tunggal/majemuk) dan sifat dari alternatif yang ada (pasti/tidak pasti) seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut:

Mendapatkan solusi atas permasalahan kriteria majemuk dilakukan dengan cara kompromi disebabkan karena kebanyakan masalah kriteria majemuk memiliki tujuan yang saling konflik sehingga tidak dapat dilakukan optimasi untuk kesemua fungsinya secara bersamaan. Dalam proses kompromi keterlibatan pengambilan keputusan mutlak diperlukan sehingga solusi terbaik dari masalah kepu-tusan kriteria majemuk adalah jawab yang disukai, dimengerti, diterima yang selanjutnya diimplementasikan oleh pengambil keputusan). Programa matematik multiobjektif berkembang sekitar tahun 1970 walaupun penelitian yang mendukungnya telah dimulai jauh sebelumnya misalnya penelitian Kopmans tentang kondisi cukup dan kondisi perlu bagi solusi efisien dan Khun & Tacker pada tahun 1951 memformulasikan masalah maksimasi vector. Ada tiga pendekatan yang dilakukan dalam programa matematika multiobjektif ditinjau dari saat pengambil keputusan memberikan informasi tentang struktur preferensinya dis banding saat pencarian alternatif (kalkulasi) dilakukan yaitu (Evans, W.Gerald, 1984)

  1. Preferensi diungkapkan oelh pengambil keputusan sebelum kalkulasi dilakukan, misalnya fungsi nilai goal program-ming (Lee,1973) dan Leksigograpi (Keeny Reifa, 1976). Hambatan utama dari pendekatan ini adalah kesulitan dalam pengungkapan struktur prefer dari pengambil keputusan.
  2. Preferensi diungkapkan oleh pengambil keputusan secara bertahap dengan kalkulasi (interaktif). Pendekatan pada umumnya dimulai dengan mencari solusi optimal dari fungsi tunggal yang memiliki kaitan tertentu dengan permasalahan awal (tujuan majemuk) kemudian pengambil keputusan memberikan penilaian dari hasil. Dengan cara ini kesulitan pengungkapan struktur preferensi dapat dihindari.
  3. Preferensi diungkapkan oleh pengambil keputusan setelah kalkulasi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dengan mencari set solusi efisien dan kemudian menyajikan pada pengambil keputusan untuk dipilih. Hambatan utama dari pendekatan ini adalah terlalu banyak jumlah solusi efisien yang perlu dinalisa oleh pengambil keputusan.

Metode interaktif merupakan sebuah prosedur yang terdiri dari pergantian antara proses kalkulasi yang menghasilkan berbagai alternatif silusi efisien dan diskusi yaitu pertimbangan/diskusi oleh pengambil keputusan (Roy, Bernard, Vincke, Phillipe., Multicriteria Analysis Survey And New Direction., European Jurnal Of Operation Research 1981). Dengan proses berulang tersebut hingga diperolehnya hasil terbaik maka pengambil keputusan perlu mengungkapkan struktur preferensinya secara bertahap yang dapat dilakukan dengan cara (1) Penyesuaian tingkat aspirasi (2) Pertukaran informasi (3) Rangking terhadap hasil. Penelitian yang telah dilakukan dalam ketiga kelompok ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 2. Ramazan Evren (1987) mengembangkan metoda interaktif yang digabungkan dengan programa kompromi untuk mendapatkan solusi terbaik yaitu solusi yang dihasilkan dari alternatif feasible yang ada dan memiliki jarak optimal dengan solusi ideal. Pencarian solusi tersebut dilakukan dengan menggunakan prinsip zero sum game dengan perumusan fungsi berikut :

Tabel 2

Penelitian Programa Interaktif Keputusan Kriteria Majemuk

Pengungkapan Preferensi oleh Pengambil Keputusan



Bentuk Fungsi Tujuan dan Kendala


Linier



Non-Linier


Menyesuaiakan tingkat aspirasi secara selektif

1.Metode STEP/STEM (Benayon, et,al,1971)

2.GPSTEM (Fischefet., 1976)

  1. Sequential multiobjective problem solving technique (Monorchi,et,al,1973)
  2. Sequential information genera-tor for multiple objective/ SIGMOP (monarch ,et, al, 1976)
  3. Metodhs of satisfactory goals (R.G.Benson,1975)
  4. Intecative procedure for solving multiobjective waber location problem (Nijkamp & Sprank., 1981)
Pertukaran Informasi

1.   Geofrion, Dyer, Feinberg (GDF,1972)

2.   Dyer.,1973

3.   Montomery & Bettencoure (1978)

4.   Musselmen (1978)

5.   Talvage (1980)

6.   Friesz (1981)

7.   Hemming (1981)

8.   Rosinger (1981)

Menentukan rangking terhadap hasilRamazan Evren (1987)

1.   White (1980)

2.   Marcotte & Solland (1981)

 

Dalam setiap literasi apabila pengambil keputusan tidak puas dengan alternatif kompromi yang dihasilkan maka pengambil keputusan melakukan rangking terhadap hasil yang kemudian menghilangkan alternatife yang paling tidak disukai.

Perumusan Penelitian

Dalam bidang keputusan kriteria majemuk terdapat 4 tantangan penelitian yaitu (1) Kombinasi terhadap ketiga pendekatan dalam programa matematik kriteria majemuk (2) Penyelesaian masalah keputusan dalam skala besar (3) Melibatkan unsur ketidakpastian, serta (4) Aplikasi nyata dengan melibatkan pengambil keputusan. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengaplikasikan metoda inte-raktif programa kompromi dan pola ke-putusan yang dihasilkan pada kasus pemilihan menu makanan.

Pembatasan Masalah

Untuk menjamin berlakunya mo-del maka perlu dilakukan pembatasan dalam persoalan yang berasal dari asumsi-asumsi yang digunakan oleh model, yaitu :

  1. Setiap variabel keputusan memiliki sifat yang dapat dibagi, dapat dijumlahkan dan nilainya berubah secara proporsional
  2. Setiap fungsi tujuan diketahui secara eksplisit dan merupakan fungsi cembung (concave) dari variabel keputusan xi (i = 1,2,…n) yang akan dimaksimumkan atau diminumkan dalam set kendala permasalahan
  3. Fungsi utilitas merupakan fungsi konkaf dari setiap fungsi tujuan yang tidak diketahui secara eksplisit
  4. Setiap fungsi kendala diketahui secara eksplisit dan merupakan fungsi cekung (convex) dari variabel keputusan xi (i = 1,2,…n)
  5. Pengambil keputusan dalam proses interaksinya hanya melakukan pilihan terhadap alternatif yang paling tidak disukai apabila alternatif kompromi yang dihasilkan belum memberikan kepuasan
  6. Metodologi pengambilan keputusan kompromi hanya diperuntukkan bagi pengambilan keputusan tunggal

Kriteria majemuk dalam permasalahan keputusan dapat berarti atribut majemuk (multiple criteria) atau tujuan majemuk (multiple objective). Menurut Kenneth R. MacCrimmon (1973) permasalahan keputusan atribut majemuk dengan memilih dari sekumpulan aalternatif yang memiliki atribut-atribut tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam permasalahan multi atribut  (Bell, Keeney, Raiffa, 1977) adalah (1) Menentukan atribut dari setiap alterantif yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, tidak saling berbenturan dan operasional/dapat digunakan serta lengkap (2) Menentukan ukuran dari setiap atribut yang harus diukur. Untuk mendapatkan jawab akhir maka kebanyakan metoda yang telah dikembangkan memerlukan informasi berkenaan dengan (1) Preferensi pengambil keputusan terhadap nilai dari setiap atribut, misalnya mana yang lebih disukai antara menghemat 2 km/liter dengan menghemat 5 km/liter (2) Preferensi pengambil keputusan antar atribut misalnya mana yang lebih penting antara biaya murah dan kecepatan tinggi. Permasalahan tujuan mejemuk berkaitan dengan mencari alternatif yang memenuhi tujuan-tujuan tertentu diukur dari atribut yang diguna-kan. Mengingat atribut hanyalah merupakan cara untuk mencapai tujuan maka di-perlukan (1) Model hubungan antara tujuan dan atribut, dan (2) informasi preferensi pengambil keputusan berkenaan dengan tujuan. Metoda interaktif memung-kinkan pengambil keputusan mengajukan prefersnsinya terhadap hasil dengan cara mengubah tingkat aspirasi atau melalui pertukatan secara bertahap sehingga alternatif yang dihasilkan merupakan optimasi dari fungsi lokal. Menurut Tabucannon, pendekatan interaktif memiliki keuntungan sebagai berikut (1) Tidak diperlukan informasi prereferensi apriori dari pengambil keputusan (2) Adanya proses belajar dari pengambil keputusan untuk memahami perilaku sistem/ masalah keputusan (3) Informai preferensi yang dibutuhkan bersifat lokal (tidak global) dan (4) hasil yang didapat mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk diimplementasikan karena pengambil keputusan merupakan bagian dari proses mendapatkan solusi. Keburukan dari pendekatan interaktif adalah (1) Hasil akhir sangat tergantung pada ketepatan prefersnsi lokal yang diberikan oleh pengambil keputusan (2) Tidak ada jaminan bahwa solusi yang disukai akan dihasilkan dalam jumlah iterasi tertentu, dan (3) Diperlukan usaha yang lebih banyak dilakukan oleh pengambil keputusan disbanding pendekatan lain. Mengurut/merangking atas hasil dilakukan oleh White (1980) yang dilanjutkan dengan Marcotte dan Solland (1981) serta Razan Evren (1987) dengan menggunakan prinsip membentuk set solusi feasible yang tidak dominan yang kemudian ber-dasarkan urutan yang dibuat oleh pengambil keputusan solusi berikutnya dibentuk dengan menghilangkan alternatif yang paling tidak disukai. Perbedaanya terletak pada metoda pencarian solusi baru pada setiap iterasi yaitu menggunakan programa parametrik (White) atau  menggunakan programa kompromi (Ramazan). Penggunaan Goal programming pada pemecahan tujuan majemuk dikembangkan dari programing biasa (tujuan tunggal). Dengan metoda ini dimungkinkan untuk mendapatkan solusi optimal pada tingkat tujuan yang diinginkan dengan menempatkannya sebagai fungsi kendala bersama dengan fungsi kendala yang lain sehingkga kendala dalam goal programming terdiri atas kendala sumber (resource constraints) dan kendala tujuan (goal constraints). Selanjutnya, Ciri-ciri metoda goal programming untuk menyelesaikan persoalan tujuan majemuk adalah (1) semua fungsi tujuan memiliki bobot kepentingan yang sama (2) adanya urutan prioritas tujuan (3) adanya bobot kepentingan dan urutan prioritas tujuan.