BESARAN PORSI, CITRA TUBUH DAN PERUBAHAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) REMAJA PUTRI USIA 14 – 17 TAHUN DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE,

KEDOYA UTARA, JAKARTA BARAT

Diana Sari1, Idrus Jus’at2, Titus Priyo H3

1PT. Kalbe Nutritionals Jakarta

2Department of Nutrition Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University

3 Polytechnic of Health Jakarta II, Department of Nutrition, Ministry of Health, Republic of Indonesia

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510

idrus.jus’[email protected]

 

 

Abstract

Adolescent is a period in which the teenagers become very concerned about their bodies’ appearance. Every woman’s dream is to have an ideal body shape. A person will feel more confident when they have an ideal body shape. The aims of this study is to determine the relationship between number of servings and body image with the change in body mass index in young women aged 14-17 years at boarding school Asshiddiqiyah Islamic College, North Kedoya, Jakarta. This study is an associative research experiment, which consisted of two groups; experimental group and control group. The samples of this study are 72 respondents. Pearson correlation test was used to analyze the data. We found that the relationship between the addition of energy intake (average 175 kcal) and nutrititional status were not significant with r= 0.885 and p-value= 0.194. Whereas, the relationship between the addition of protein intake (average 95 kcal) and nutritional status were not significant with r= 0.890 and p-value= 0.146. Mostly the female student consumed additional food portion given by steward boarding school ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE. However, this did not give more effect to the majority of female students at boarding school ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, because they did not concern about their body image.

 

Keywords: body image, body mass index, adolescent

 

 

Abstrak

Masa remaja merupakan masa dimana remaja sangat memperhatikan penampilan tubuh mereka. Bentuk tubuh yang ideal merupakan idaman bagi setiap remaja putri. Dengan bentuk tubuh yang ideal, seseorang akan merasa lebih percaya diri. Tujuan Penelitian ini mengetahui hubungan antara besaran porsi dan citra tubuh dengan perubahan Body Mass Index remaja putri usia 14-17 tahun di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE. Penelitian ini bersifat asosiatif,yang merupakan penelitian eksperimen, dimana terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 responden. Analisa data yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson. Dari hasil uji korelasi, didapatkan bahwa hubungan antara penambahan asupan energi (Rata-rata 175 kkal) dengan status gizi akhir responden tidak signifikan dengan nilai r = 0,885 dan nilai P = 0,194. Sedangkan hubungan antara penambahan asupan protein (Rata-rata 95 kkal) dengan status gizi akhir responden, diperoleh hasil yang tidak signifikan dengan nilai r = 0,890 dan nilai P = 0,146. Siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, pada umumnya menghabiskan penambahan porsi yang diberikan. Hal ini tidak memberikan pengaruh kepada sebagian besar siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, karena siswi tersebut tidak terlalu memperhatikan dan mempermasalahkan bentuk tubuh mereka.

 

Kata kunci: citra tubuh, bentuk tubuh, remaja

 


Pendahuluan

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang cepat disertai perubahan fisiologis dan mental. Remaja umumnya bertambah dalam tinggi dan berat badan hingga enam tahun setelah mencapai menarche (kedatangan haid pertama). Pada masa itulah, remaja merasa bertanggung jawab dan bebas menentukan makanannya sendiri, dan tidak lagi ditentukan oleh orang tua. Pada waktu bersamaan, kelompok usia ini sangat intensif bergaul dengan teman – teman dan mempersiapkan diri untuk masa depan sebagai orang dewasa (Anwar,2006).

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial / tingkah laku. Periode ini merupakan kurun waktu yang paling menarik dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan yang semula dapat dikatakan seragam, secara tiba-tiba mengalami peningkatan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan-perubahan fisik dalam masa ini akan berlangsung menurut urutan/ sekuen yang sama (Sayogo, 2006).

Dalam proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot pada anak perempuan cenderung serupa dengan anak laki-laki, yaitu lemak tubuh sekitar 19 % dari berat badan total pada anak perempuan dan 15 % pada anak laki-laki. Selama masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak pada remaja putri sehingga pada masa dewasa, lemak tubuh perempuan kurang lebih 22 % dibanding 15 % pada laki-laki dewasa (Sayogo, 2006).

Tubuh ideal merupakan idaman setiap orang, baik pria maupun wanita, remaja maupun orang dewasa bahkan orang yang telah lanjut usia. Gizi lebih dapat mempengaruhi penampilan/fisik seseorang. Selain itu, gizi lebih juga dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes mellitus, kanker, hiperkolesterolemia, serta hipertrigliserida (Purwati, 2001 dlm Rachmawany 2005).

Masalah – masalah yang sering dihadapi oleh para remaja seperti: (1) Anoreksia Nervosa, dimana penderita didorong oleh perasaan takut gemuk dan memaksa tubuhnya agar menjadi kurus, padahal mungkin ukuran tubuhnya sudah proporsional. (2) Bulimia Nervosa, dimana penderita merasa lapar terus menerus dan makan sebagai pelampiasan emosinya. Akibat dari makan yang berlebihan ini, tubuhnya menjadi gemuk. Setelah disadari bahwa tubuhnya gemuk, penderita memutuskan untuk tidak makan selama beberapa hari dan berusaha untuk memuntahkan kembali setiap makanan yang telah disantapnya

Anak remaja biasanya senang untuk makan di luar rumah dan umumnya menyukai aneka jenis fast foods (cepat saji) atau junk foods (makanan tidak bergizi). Jadwal makan yang tidak teratur menyebabkan orang tua berpikir bahwa makanan anaknya tidak cukup bergizi. Rata – rata sekitar seperempat total intake kalori remaja berasal dari snacks (Anwar, 2006).

Di DKI Jakarta, prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada anak yang berumur 6-12 tahun ditemukan yang mengalami obesitas sekitar 4 %, pada remaja yang berumur 12-18 tahun ditemukan 6,2 % dan pada umur 17-18 tahun 11,4 %. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada remaja putri (10,2 %) dibandingkan dengan remaja laki-laki (3,1 %) (Depkes RI,2003).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat Dep kes RI, sebanyak 210 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2000, diperkirakan penduduk mengalami obesitas sekitar 76,7 juta penduduk (36,5 %), sedangkan penduduk yang menderita obesitas jumlahnya lebih dari 9,8 juta penduduk (4,7 %). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di DKI Jakarta, tingkat prevalensi obesitas pada anak remaja yang berusia 12-18 tahun ditemukan sebanyak 6,2 % (Sjarif,2000).

Pada remaja di Amerika, prevalensi tentang gizi lebih (obesitas) lebih banyak terjadi pada remaja yang berusia 12-17 tahun, 27 % anak-anak dan 21 % remaja yang mengalami gizi lebih. Pada saat ini 54 % anak-anak dan 39 % remaja menderita kegemukan. Dengan tren yang ada selama ini yang juga dipengaruhi oleh lingkungan maka diperkirakan 70 % remaja yang gizi lebih akan menderita kegemukan pada saat mereka dewasa (Khomsan, 2002 dlm Rachmawany 2005).

Berdasarkan studi yang dilakukan di Amerika hampir 70 % remaja wanita mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing padahal hanya 15 % yang mengalami kegemukan, sebaliknya pada remaja pria 59 % menginginkan tubuh yang berisi karena merasa dirinya kurus, padahal hanya 25 % yang benar-benar kurus (Khomsan, 2002 dlm Rachmawany 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara besaran porsi dan citra tubuh dengan perubahan Body Mass Index (BMI) remaja putri usia 14 – 17 tahun di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, Kedoya Utara, Jakarta Barat.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, Kedoya Utara, Jakarta Barat, yang berlangsung selama 9 hari yang akan dimulai pada tanggal 2 – 7 Maret 2009 dan diadakan pemantauan berat badan kembali pada tanggal 10 – 12 Maret 2009. Penelitian asosiatif ini merupakan penelitian eksperimen atau percobaan, dimana dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok yang dikenai perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (kelompok kontrol). Jenis rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen sungguhan (true experiment), dengan menggunakan rancangan pretespostes dengan kelompok kontrol (Pretest Postest with Control Group). Dalam rancangan ini dilakukan secara randomisasi, yaitu pengelompokan anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara acak atau random. Kemudian pada hari pertama sebelum dilakukannya intervensi atau perlakuan, dilakukan pretes (01) pada kedua kelompok tersebut, yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan (BB) terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan intervensi atau perlakuan (X) pada kelompok eksperimen. Intervensi atau perlakuan adalah dengan memberikan tambahan porsi kepada kelompok eksperimen. Tambahan porsi yang diberikan berasal dari sumber karbohidrat dan sumber protein hewani. Penambahan porsi untuk sumber karbohidrat dilakukan selama 5 hari berturut-turut, sedangkan untuk penambahan porsi dari sumber hewani hanya dilakukan selama 3 hari yang diberikan secara bergantian. Kemudian pada hari keempat dan hari keenam dilakukan postes (02) pada kedua kelompok tersebut,yaitu dengan cara dilakukan penimbangan berat badan adalah sebagai berikut :

 

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer ini terdiri dari hasil w(BB) kembali. Berikut ini merupakan bentuk rancangan pretest-postest with control group awancara yang dilakukan dengan siswi Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, Kedoya Utara, Jakarta Barat. Hal-hal yang diwawancarakan ini meliputi: Identitas dari responden tersebut, Food Recall 1 x 24 jam selama 5 hari berturut-turut, FFQ (Food Frequency Quantity), Berat Badan, Tinggi Badan, Status Gizi (IMT).

Uji Statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji korelasi, yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Uji korelasi ini akan menjelaskan besar / kekuatan hubungan antara dua variabel. Pola hubungan kedua variabel tersebut sebelumnya dapat dilihat pada scatter atau diagram tebar.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan pada kelompok umur, responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 17 tahun sebanyak 26 siswi (36,1 %) bila dibandingkan dengan kelompok umur 16 tahun sebanyak 22 siswi (30,6 %), kelompok umur 15 tahun sebanyak 21 siswi (29,2 %), dan kelompok umur 14 tahun sebanyak 3 siswi (4,2 %) dengan jumlah total keseluruhan responden adalah 72 responden. Rata-rata responden berumur 15.99. (lihat tabel 1).

Tabel 1

Karakteristik Responden

Variabel

Mean ± SD

Umur

15.99 ± 0.911

BB Awal

52.4 ± 10.4

BB Akhir

52.7 ± 10.4

TB

153.4 ± 5.2

Status Gizi:

  1. BMI Awal
  2. BMI Akhir

3.17 ± 0.81

3.17 ± 0.84

Asupan Zat Gizi Makro:

  1. Energi
  2. Protein
  3. Lemak
  4. Karbohidrat

2154.01 ± 123.54

73.94 ± 7.46

92.29 ± 10.35

286.7 ± 23.70

Penambahan Porsi:

  1. Penambahan Asupan Energi
  2. Penambahan Asupan Protein

457.48 ± 66.21

39.43 ± 1.21

 

 

Menurut Jonhston dan Lamp (1984), berat badan menggambarkan secara kasar asupan, penggunaan dan keluaran zat gizi dalam tubuh. Sedangkan menurut Jellife (1984), menyatakan bahwa berat badan merupakan kunci utama pengukuran antropometri. Berat Badan (BB) dalam analisa univariat ini, dibedakan menjadi dua yaitu berat badan awal responden dan berat badan akhir responden. Ber-dasarkan hasil penelitian terhadap 72 responden, yang terdiri dari 36 responden kelompok eksperimen dan 36 responden kelompok kontrol, untuk berat badan awal responden, didapatkan hasil rata-rata untuk berat badan awal adalah 52,4 kg dengan standar deviasi ± 10,4 kg. Dimana berat badan terendah adalah sebesar 36,5 kg dan berat badan tertinggi sebesar 95,1 kg. Sedangkan untuk data berat badan akhir responden, didapatkan hasil rata-rata berat badan akhir adalah sebesar 52,7 kg dengan standar deviasi ± 10,4 kg. Dimana berat badan terendah adalah sebesar 36,8 kg dan berat badan tertinggi sebesar 96,2 kg.

Berdasarkan hasil dari penelitian berat badan tersebut diatas, maka dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan berat badan. Hal ini dapat disebabkan karena banyak siswi yang tidak memperhatikan pola makannya, sehingga siswi-siswi tersebut makan secara berlebihan tanpa memikirkan dampak terhadap peningkatan berat badan mereka yang akan berpengaruh kepada bentuk tubuh mereka. Dalam hal ini kita dapat melihat, bahwa sebagian besar siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQYAH ISLAMIC COLLEGE tersebut tidak begitu memperdulikan mengenai masalah bentuk tubuh (body image) mereka. Tinggi Badan (TB) merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak ketahui dengan tepat. Disamping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac Stick), faktor umur dapat dikesampingkan.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 72 responden, untuk BMI Awal responden, diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori kurus tingkat berat berjumlah 1 responden (1,4 %), responden dengan kategori kurus tingkat ringan berjumlah 7 responden (9,7 %), responden dengan kategori normal berjumlah 51 responden (70,8 %), responden dengan kategori gemuk tingkat ringan berjumlah 5 responden (6,9 %), dan responden dengan kategori gemuk tingkat berat berjumlah 8 responden (11,1 %). Dimana didapatkan hasil rata-rata untuk data status gizi awal adalah 3,17 dengan standar deviasi ± 0,81.

Sedangkan untuk data BMI Akhir responden, diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori kurus tingkat berat berjumlah 1 responden (1,4 %), responden dengan kategori kurus tingkat ringan berjumlah 8 responden (11,1 %), responden dengan kategori normal berjumlah 50 responden (69,4 %), responden dengan kategori gemuk tingkat ringan berjumlah 4 responden (5,6 %), dan responden dengan kategori gemuk tingkat berat berjumlah 9 responden (12,5 %). Dimana didapatkan hasil rata-rata untuk data BMI akhir adalah 3,17 dengan standar deviasi ± 0,84.

Dalam status gizi berdasarkan antropometri responden, juga terdapat perbandingan nilai rata-rata BMI (Body Mass Index) untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang diberikan penambahan porsi, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberikan penambahan porsi. Kelompok kontrol hanya mengkonsumsi makanan yang diberikan dari pihak pesantren saja. Hasil perbandingan nilai rata-rata BMI untuk kedua kelompok tersebut, ternyata untuk kelompok eksperimen mempunyai nilai rata-rata BMI yang lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil pada kelompok kontrol.

 

 

Grafik 1

Perbandingan Nilai Rata-rata BMI

 

 

Pada grafik 1 diatas, menunjukkan perbandingan antara nilai rata-rata BMI pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbandingan nilai rata-rata BMI ini didapatkan dari hasil perhitungan antara berat badan responden dan tinggi badan responden. Penimbangan berat badan responden dilakukan selama lima hari. Pada tiga hari pertama penimbangan berat badan, responden dari kelompok eksperimen diberikan penambahan porsi. Sedangkan pada penimbangan hari keempat dan hari kelima, responden dari kelompok eksperimen tidak diberikan penambahan porsi. Pada kelompok kontrol, tidak diberikan penambahan porsi sehingga kelompok kontrol hanya mengkonsumsi makanan yang diberikan dari pihak pesantren saja. Pada grafik tersebut, dapat terlihat bahwa kelompok eksperimen mempunyai nilai rata-rata Body Mass Index (BMI) yang lebih besar apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Penambahan asupan energi ini hanya diberikan kepada kelompok eksperimen saja. Penambahan asupan energi ini, dimaksudkan untuk melihat apakah kelompok eksperimen menghabiskan porsi yang ditambahkan. Apabila responden menghabiskan porsi yang ditambahkan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa responden tidak terlalu memikirkan akan bentuk tubuh (body image) mereka, apakah akan terjadi peningkatan berat badan atau justru sebaliknya. Sedangkan apabila responden tidak menghabiskan porsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa responden cenderung memperhatikan pada bentuk tubuhnya. Penambahan asupan protein juga ditambahkan kepada kelompok eksperimen. Hanya saja, penambahan asupan protein ditambahkan selama 3 hari. Penambahan asupan protein ini dimaksudkan untuk melihat apakah dengan penambahan asupan protein responden akan menghabiskan penambahan asupan kalori yang telah diberikan.

Citra tubuh pada umumnya membicarakan mengenai bentuk tubuh yang ideal. Tubuh ideal merupakan salah satu idaman bagi setiap remaja putri, karena dengan bentuk tubuh yang ideal tersebut seseorang akan lebih merasa percaya diri. Untuk menjaga penampilan dirinya, remaja putri seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makannya, sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi. Kekurangan zat gizi ini dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, dimana dapat menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh yang tentunya akan mengarah pada timbulnya suatu penyakit.


Tabel 2

Distribusi Citra Tubuh


Hubungan Antara Penambahan Asupan Energi dengan Status Gizi Akhir (BMI Akhir)

Pada hasil uji regresi, didapatkan R² untuk data asupan energi dan data BMI Awal. Nilai R² untuk data asupan energi sebesar 0,03 dan nilai R² untuk data Body Mass Index (BMI) Awal sebesar 0,784. Hal ini berarti bahwa variabel asupan energi memberikan pengaruh terhadap BMI Akhir sebesar 3 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan variabel asupan BMI Awal memberikan pengaruh terhadap BMI Akhir sebesar 78,4 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Berdasarkan penelitian Ismawati (2000), menyatakan bahwa asupan energi dapat meningkatkan berat badan namun tidak bermakna untuk peningkatan atau perubahan Body Mass Index (BMI). Berdasarkan hasil penelitian skripsi tersebut diatas, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara penambahan asupan energi dengan status gizi responden, sehingga walaupun hampir sebagian besar responden menghabiskan penambahan asupan energi yang diberikan, hampir sebagian besar responden mengalami peningkatan berat badan. Namun tidak terjadi peningkatan atau perubahan yang bermakna terhadap status gizi responden tersebut .

Berdasarkan pada tabel. 2 diatas, maka dapat dilihat bahwa hubungan antara penambahan asupan energi dengan status gizi tidak signifikan (tidak bermakna), dimana penambahan asupan energi tidak berpengaruh terhadap status gizi responden. Berdasarkan dari hasil uji korelasi regresi, dapat diketahui bahwa nilai P sebesar 0,194 (P>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa penambahan porsi asupan energi tidak berpengaruh terhadap status gizi responden.

Dari hasil tabel tersebut diatas, maka model persamaan regresi linier yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Y = 22,089 + 0,004 X1 + 4,285 X2

Y = 22,089 + 0,004 Asupan Energi + 4,285 BMI Awal

Dari persamaan di atas, dapat kita lihat bahwa koefisien regresi untuk X1 sebesar 0,004 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 nilai untuk penambahan asupan energi, maka akan meningkatkan Body Mass Index (BMI) Akhir sebesar 0,004. Namun sebaliknya, jika nilai terhadap penambahan asupan energi turun sebesar 1 poin, maka diprediksi nilai BMI Akhir akan turun sebesar 0,004.

Sedangkan untuk koefisien regresi X2 sebesar 4,285 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 nilai untuk BMI Awal, maka akan terjadi peningkatan untuk Body Mass Index (BMI) Akhir sebesar 4,285. Namun sebaliknya, jika nilai terhadap BMI Awal turun sebesar 1 poin, maka diprediksi nilai BMI Akhir akan turun sebesar 4,285.

Grafik 2

Error Bar Hubungan antara Penambahan Asupan Energi

dengan Status Gizi Akhir

Grafik di atas menunjukkan terdapat selisih atau perbedaan di antara kedua kelompok tersebut. Dimana pada responden yang diberi penambahan porsi (kelompok eksperimen), menunjukkan hasil Body Mass Index (BMI) Awal yang lebih besar apabila dibandingkan dengan responden yang tidak diberikan penambahan porsi (kelompok kontrol).

 

Hubungan Antara Penambahan Asupan Protein dengan Status Gizi Akhir (BMI Akhir)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi dan regresi, menunjukkan nilai P = 0,146, dimana nilai P > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara penambahan asupan protein dengan status gizi akhir responden (BMI Akhir). Atau dengan kata lain, karena nilai P > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak.

Penambahan asupan protein ini diberikan untuk melihat apakah dengan ditambahkannya asupan protein, responden menghabiskan asupan protein tersebut. Penambahan asupan protein diberikan selama tiga hari, dimana asupan protein diberikan secara bergantian. Berdasarkan hasil penelitian, walaupun responden tidak diberikan penambahan asupan protein, ternyata responden tetap menghabiskan asupan kalori yang ditambahkan.

 

Walaupun terjadi peningkatan berat badan responden, tetapi tidak berarti akan terjadi peningkatan atau perubahan Body Mass Index (BMI) yang bermakna. Sehingga dapat terjadi ketidaksignifikanan hubungan antara penambahan asupan protein dengan status gizi akhir (BMI) responden.

Persamaan regresi linier yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Y = 21,968 + 0,314 X1 + 4,322 X2

Y = 21,968 + 0,314 Asupan Protein + 4,322 BMI Awal

Dari persamaan diatas, dapat kita lihat bahwa koefisien regresi untuk X1 sebesar 0,314 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 nilai untuk penambahan asupan protein, maka akan meningkatkan Body Mass Index (BMI) Akhir sebesar 0,314. Namun sebaliknya, jika nilai terhadap penambahan asupan protein turun sebesar 1 poin, maka diprediksi nilai BMI Akhir akan turun sebesar 0,314.

Sedangkan untuk koefisien regresi X2 sebesar 4,322 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 nilai untuk BMI Awal, maka akan terjadi peningkatan untuk BMI Akhir sebesar 4,322. Namun sebaliknya, jika nilai terhadap BMI Awal turun sebesar 1 poin, maka diprediksi nilai BMI Akhir akan turun sebesar 4,322.

 

 

Grafik 3

Error Bar Hubungan antara Penambahan Asupan Protein dengan

Status Gizi Akhir

Berdasarkan grafik 3 di atas menunjukkan terdapat selisih atau perbedaan di antara kedua kelompok tersebut. Dimana pada responden yang diberi penambahan porsi (kelompok eksperimen), menunjukkan hasil Body Mass Index (BMI) Awal yang lebih besar apabila dibandingkan dengan responden yang tidak diberikan penambahan porsi (kelompok kontrol).

Kesimpulan

Dari hasil penelitian skripsi ini, menunjukkan bahwa nilai rata – rata BMI pada kelompok eksperimen lebih besar apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol.  Tidak ada hubungan bermakna antara penambahan asupan energi dengan status gizi akhir responden (BMI Akhir). Tidak ada hubungan bermakna antara penambahan asupan protein dengan status gizi akhir responden (BMI Akhir).

Daftar Pustaka

Almatsier, S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi,  Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Anwar, HM, Hidup Sehat, Jakarta, PT. Primamedia Pustaka, 2006.

Depkes RI, Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2003.

Erikson, EH, Childhood and Society, New York, Norton, 1964.

Hurlock, EB, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga, 1980.

Nadiyah, Perbandingan Status Gizi Balita Data Susenas 2005 Berdasarkan Rujukan Harvard, NCHS, CDC, dan Standar WHO, skripsi sarjana, Jakarta, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UIEU, 2007.

Notoatmodjo, S, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2005.

Osterrieth, PA, Psychosocial Perspective, New York, Basic Books, 1969.

Pikunas, L, Human Development, Tokyo, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., 1976.

Rachmawany, S, Faktor Risiko Gizi Lebih Pada Siswa SMU AL-AZHAR 3 Di Jakarta Selatan, karya tulis ilmiah, Jakarta, Politeknik Kesehatan Jakarta II, 2005.

Rahmawati, WK, Berat Per Porsi dan Nilai Gizi Makanan Jajanan Gorengan Dijual Menggunakan Gerobak Berpangkal Di Lokasi Terminal Bis Blok M Jakarta Selatan, karya tulis ilmiah, Jakarta, Politeknik Kesehatan Jakarta II, 2002.

Rolls BJ, Roe LS, Meengs JS, Larger Portion Sizes Lead to a Sustained Increase in Energy Intake Over 2 Days, J Am Diet Assoc,106: 543-549, 2006.

Sabri, L dan Hastono, SP, Statistik Kesehatan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006.

Santoso, S, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14, Jakarta,  PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2006.

Sarwono, J, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2006.

Sayogo, S, Gizi Remaja Putri (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Sigelman, Carol K dan Shaffer, DR, Life Span Human Development, California, rooks / Cole Publishing Company, 1995.

Sjarif, DR, Chillhood Obesity: Evaluation and Management dalam Adi Murtiwi, S.,Tjokroprawiro, A dan Dranoto, A. (Eds), Naskah Lengkap Simposium II, Surabaya, Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga, 2003.

Supariasa, IDN, et al., Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2002.

Yusuf LN, S, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

** Jurnal Gizi – Dietetik tersebut diatas diterbitkan oleh Pusat Pengelola Jurnal Ilmiah Universitas Esa Unggul dalam Jurnal Gizi Vol.2 No.2 Oktober 2010