[vc_row][vc_column][vc_column_text]

BERAMBISI KALAHKAN PASAR SENI ITB

Ia sempat ditawari pegawai negeri sipil di Mojokerto.

Siapa tak mengenal dosen satu ini, dengan gaya unik nan nyentrik, menjadikannya sosok dosen paling menonjol dari yang lain, dia juga sangat akrab dengan mahasiswanya. Dibalik gaya khasnya, tersimpan segudang pengalaman menarik.

Pria kelahiran Mojokerto 14 Februari 1964 ini sudah memiliki bakat seni sejak kecil. Bahkan dari semua anggota keluarga, hanya dia yang mempunyai ‘aliran’ bakat berbeda. Bagaimana tidak, keluarga besarnya memiliki profesi yang tergabung dalam angkatan bersenjata RI, hanya dia yang berkecimpung di bidang seni. Semenjak masa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, ia selalu menjuarai berbagai lomba di bidang seni dan sejarah, bahkan sempat ditawari jadi PNS oleh Bupati Mojokerto. Namun ia menolak karena menganggap itu bukan bidang yang ia tekuni.

Setelah menyelesaikan studinya di ISI Yogyakarta, ia merantau ke Jakarta. Perjalanan panjang hingga sampai pada tahap menjadi dosen, dengan segudang pengalaman yang ia miliki. Teguh berpikir kini bukan saatnya lagi memendam pengalaman sendiri dan memutuskan untuk membagi pengalaman itu kepada mahasiswanya melalui obrolan warung kopi maupun saat di kelas. Di kampus pun dirinya dikenal sebagai dosen yang ‘blusukan.’ Berbagai kegiatan yang bernuansa seni, ia kerjakan bersama dengan mahasiswanya, karya yang pernah ia buat dikampus selalu menjadi hal yang menarik mata masyarakat kampus.

Terakhir, saat ia membidani instalasi pesawat Air Asia, namun diubah menjadi Air Asin, kerangka pesawat tersebut ia buat bersama dengan mahasiswa DKV dan ia pun ikut terlibat langasung di dalamnya “prinsip saya, saya harus ikut serta dan terjun langsung dalam project yang saya buat bersama mahasiswa,” ujarnya, Rabu (28/04), di Universitas Esa Unggul.

Anak ketiga dari lima bersaudara ini juga selalu ingin melakukan apa yang belum pernah orang lain lakukan dan selalu ingin membuat dan memiliki apa yang orang lain belum pernah buat dan miliki. Ia pun memiliki berbagai koleksi antik seperti motor yang selama ini ia kendarai, “orang melihat itu adalah motor trail, padahal itu aslinya motor bebek haha..” kelakarnya di kantin. Dia menceritakan, untuk memodifikasi motor bebeknya itu butuh waktu sebulan, semua ia lepas dan diubah menjadi bentuk yang orang lain tidak akan menyangka itu motor bebek, bahkan ia pun menambahkan sandaran kursi yang ia potong dari kursi di rumahnya untuk ditambahkan di motornya sebagai penghias. “Waktu saya pakai motor bebek ini, dulu, saya lihat kiri kanan motornya sama, akhirnya saya membuat motor saya ini berbeda dari yang lain dengan memodifnya secara keseluruhan kecuali mesinnya.”

Dosen yang paling membenci hitung-menghitung ini mulai memasuki dunia mengajar secara kebetulan. “Waktu itu saya melihat iklan lowongan pekerjaan di koran, kebetulan di sistu satu halaman penuh isinya Esa Unggul, ya sudah saya coba melamar, eh akhirnya dipanggil” jelasnya. Awal ia mulai diterima jadi dosen ia di Fakultas Ilmu Komunikasi, selama kurang lebih 6 tahun.

Kemudian ia dipindahkan ke Fakultas Desain dan Industri Kreatif sampai sekarang. Terakhir, ia mendirikan sebuah Club Fotografi dan Videografi. Bertujuan agar mahasiswa yang ikut dalam club tersebut tidak mengkotak-kotakan dirinya dengan jurusan dan fakultasnya, ia ingin semua mahasiswa entah itu dari fakultas apapun, ikut bergabung dengan satu nama yaitu Esa Unggul, bukan atas nama fakultas masing-masing. Pria bernama lengkap Teguh Imanto ini, terus melakukan hal-hal yang belum pernah orang lain lakukan dan terus melakukan terobosan-terobosan terbaru dalam karyanya. Ia mengutarakan ambisinya, suatu saat ingin mengalahkan pasar seninya ITB. “Kalau ITB bisa membuat pameran pasar seni yang isinya ada robot dinosaurus dengan tinggi 8 meter, saya bisa buat robot transformer dengan tinggi 15 meter, biar orang-orang di tol pada lihat kalau Esa Unggul itu bisa melakukan hal yang lebih dari yang lain.”

Dengan segala semangat yang ia miliki, kita bisa memetik satu pelajaran penting, kita bisa melakukan hal yang lebih baik dari yang sudah baik saat ini.

Jumroh/Rizki Shaome

Sumber : deraponline

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]