Riya Widayanti, S.Kom, MMSI
Dosen Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Esa Unggul, Jakarta

Knowldege management menjadi bidang yang penting dalam proses pembelajaran sebuah organisasi. Penge-tahuan yang dimiliki oleh organisasi harus mampu memberikan kemajuan bagi organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapat bertahan hidup, maka diwajibkan agar setiap orang yang ada di dalam organisasi sharing penge-tahuan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang kuat agar pengetahuan tersebut mengakar di setiap individu dalam organisasi dan tidak hilang begitu saja dengan didukung infrastruktur untuk penyebaran informasi di lingkungan organisasi.

Perkembangan dewasa ini mengajukan pada makin cepatnya perubahan dalam segalam bidang kehidupan, akibatnya dari efek globalisasi serta pengembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif. Kondisi ini jelas mengakibatkan per-lunya cara-cara baru dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap survive. Penekanan akan makin pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah saru respon dalam menyikapi perubahan tersebut, dan ini tentu saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM.

Sehubungan dengan itu peranan ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya dengan pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini berarti pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dan kom-petitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam bidang ekonomi telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi pengelolaan usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut.

Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena itu perolehan dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja organisasi. Langkah ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam menghadapi persaingan yang mengglobal, sehingga pencapaiannya akan merupakan suatu bencana bagi dunia bisnis, oleh karena itu diperlukan cara yang dapat mengintegrasikan pengetahuan itu dalam kerangka pengembangan SDM dalam organisasi. Dari sinilah istilah mana-jemen pengetahuan berkembang sebagai suatu bagian penting dan strategis dalam pengelolaan SDM pada Perusahaan/organisasi.

Pengetahuan memang merupakan milik individu, namun dapat dimanfaatkan oleh orga-nisasi dengan tetap memberikan otonomi pengembangannya pada individu tersebut. Dalam hubungan ini belajar dan pembelajaran menjadi kata kunci dalam peningkatan kapasitas penge-tahuan, oleh karenanya menjadikan individu sebagai pembelajar merupakan kondisi yang diperlukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kinerja organisasi melalui pengintegrasiannya dengan proses organisasi. Untuk itu organisasi perlu melakukan pengembangan dirinya menjadi organisasi pembelajar, sebab hanya dalam kondisi yang demikian individu/pegawai dapat benar-benar menjadi manusia pembelajar.

Pentingnya Learning Organization telah lama menjadi perhatian para ahli organisasi, terutama semenjak terbitnya buku karya Peter Senge “The Fifth Discipline” pada tahun 1990, disamping itu organisasi-organisasi baik organisasi bisnis maupun non bisnis juga telah mencoba mengembangkan konsep tersebut dalam upaya menjadikan organisasi mereka kompetitif, dan dalam konteks itulah manajemen pengetahuan menjadi amat penting, karena dengan pengelolaan yang tepat dapat menjadi suatu kekuatan kompetitif yang tangguh yang diperlukan sekali dalam perkembangan global dewasa ini. Berikut ini akan dikemukakan makna manajemen pengetahuan dengan menggunakan rujukan utama buku yang ditulis oleh Christina Evans berjudul Managing for Knowledge, HR’s Strategic Role.

Beda Informasi dan Pengetahuan
Informasi menurut Whitten, P 23 adalah data yang telah diproses atau diorganisasi ulang manjadi bentuk yang berarti. Informasi dibentuk dari kombinasi data yang diharapkan memiliki arti ke penerima. Sedangkan Knowledge adalah data dan information yang disaring lebih jauh berdasarkan fakta, kebenaran, kepercayaan, penilaian, penga-laman dan keahlian si penerima.

Proses perubahan data menjadi informasi menurut Daven dan port dalam buku Paul L. Tobing dilakukan melalui beberapa tahap:

  • Contextualized: memahami manfaaat data yang dikumpulkan
  • Categorized: memahami unit analisis atau komponen kunci dari data
  • Calculated: menganalisis data secara matematik atu secara statistik
  • Corected: menghilangkan kesalahan dari data
  • Condensed: meringkas data dalam bentuk yang lebih singkat dan jelas

Sedangkan knowledge sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memam-pukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau lebih efektif dari sebelumnya.

Menurut Hendro Wicaksono, informasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang kita bagi, melalui beragam media komunikasi yang ada (Information is something that we share). Sedang-kan Pengetahuan adalah sesuatu yang masih ada dalam pikiran kita (Knowledge is something that is still in our mind).

Kemudian dapat disimpulkan, Informasi adalah Pengetahuan yang dibagi atau dikomu-nikasikan melalui beragam media yang ada (Infor-mation is shared knowledge).

Pendapat lain juga mengartikan knowledge sebagai actionable information atau informasi yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, meng-ambil keputusan dan untuk menmpuh arah ataupun strategi.

Alur Proses Penciptaan Pengetahuan
Information Acquisition (Proses Pengadaan Informasi)

Proses pengadaan informasi adalah proses mengumpulkan beragam informasi dari berbagai sumber yang dianggap relevan dengan interes komunitas pemakai sistem manajemen pengetahuan. Karena itu, proses ini harus dilakukan berdasarkan survei kebutuhan dan interes anggota komunitas yang yang telah dilakukan terlebih dahulu. Sumber informasi tidak hanya berasal dari Internet, tetapi juga dari sumber informasi yang didistribusikan dalam bentuk offline, seperti CDROM atau DVDROM.

Pada proses pengadaan informasi, ada dua jenis informasi yang dikumpulkan. Pertama Unstructured Information (informasi yang tidak terstruktur) dan Structured Information (informasi yang terstruktur). Unstructured Information adalah informasi yang tidak mendalam tentang suatu topik. Contohnya adalah artikel surat kabar. Sedangkan Unstructured Information adalah (sekumpulan) informasi yang mendalam dan detail tentang suatu topik. Unstructured Information disimpan dan men-jadi bagian penting dalam Unstructured Knowledge Creation (Penciptaan Pengetahuan yang Tidak Terstruktur), sedangkan Structured Information disimpan dalam sistem repository (digital library).


Unstructured Knowledge Creation (Pencip-taan Pengetahuan Yang Tidak Terstruktur)

Unstructured Knowledge Creation adalah proses pembelajaran komunitas yang cenderung tidak terstruktur. Tidak terstruktur dalam hal pengetahuan yang dihasilkan belum mendalam dan belum fokus pada suatu topik interes tertentu. Tujuan proses ini adalah:

  1. Agar anggota komunitas mau, berani dan termotivasi berbagi pengetahuan (knowledge sharing).
  2. Agar anggota komunitas terbiasa dengan sistem manajemen pengetahuan yang akan digunakan.

Discussion Forum (Forum Diskusi, Semi-structured Knowledge Creation)

Setelah pustakawan mendapatkan topik interes anggota komunitas, maka tahap berikutnya adalah mengajak anggota komunitas untuk mendiskusikannya secara lebih spesifik dan ter-struktur pada Discussion Forum. Jika memung-kinkan, pustakawan juga bisa mendorong anggota komunitas langsung ke proses Structured Knowledge Creation (Penciptaan Pengetahuan Yang Terstruktur). Tapi ini relatif sulit dilakukan karena untuk menghasilkan pengetahuan yang terstruktur relatif butuh waktu dan proses yang tidak sebentar. Yang paling mudah adalah membuat pengetahuan yang tidak terstruktur menjadi lebih terstruktur dalam Discussion Forum. Bisa dibilang Discussion Forum adalah Semi-structured Know-ledge Creation (Penciptaan Pengetahuan Yang Semi Terstruktur).


Structured Knowledge Creation (Penciptaan Pengetahuan Yang Terstruktur)

Pada saat proses di Discussion Forum, bila dirasa pengetahuan yang tercipta telah cukup detail dan terstruktur, maka pustakawan harus meng-arahkan kegiatan pembelajaran pada proses berikutnya, yaitu Structured Knowledge Creation. Dalam proses penciptaan pengetahuan, proses ini merupakan proses yang sangat penting. Bisa dianggap puncaknya proses penciptaan pengetahuan. Proses ini merupakan kelanjutan dari proses Discussion Forum (semi-structured knowledge creation). Juga bisa merupakan kelanjutan dari proses Unstructured Knowledge Creation, meskipun hal ini jarang terjadi.

Pada proses ini, biasanya kontribusi dari anggota komunitas relatif berkurang. Ini dikare-nakan tingkat kesulitannya yang cukup tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, pustakawan bisa membantu dengan membuat kerangka struktur pengetahuan dan melakukan kemas-ulang pengetahuan yang didapat dari Discussion Forum dan sumber referensi. Tapi anggota komunitas diharapkan sebagai kontributor pengetahuan pada proses ini.

Bisa saja ketika suatu topik interes sudah mencapai proses Structured Knowledge Creation, tapi topik tersebut tetap terus didiskusikan ditahap Discussion Forum. Jadi bisa juga Discussion Forum tempat membahas topik interes dan menghasilkan pengetahuan baru, sedangkan Structured Knowledge Creation tempat menyimpan pengetahuan yang sudah disepakati bersama (lihat panah 2 arah antara proses Discussion Forum dengan Structured Knowledge Creation).

Pengetahuan yang tercipta pada proses ini, selanjutnya disimpan pada sistem repository sehingga bisa menjadi referensi kembali pada proses Structured Knowledge Creation (lihat panah 2 arah antara proses Structured Knowledge Creation dengan Digital Library) maupun Discussion Forum (lihat panah 2 arah antara proses Discussion Forum dengan Digital Library).

Sistem Repository (Digital Library)

Digital Library berfungsi sebagai:

  1. Tempat menyimpan Structured Information yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi.
  2. Sumber referensi bagi proses pembelajaran di Discussion Forum dan Structured Knowledge Creation.
  3. Tempat menyimpan pengetahuan yang diha-silkan pada proses pembelajaran di Discussion Forum dan Structured Knowledge Creation.

Semua fungsi di atas dilakukan oleh pus-takawan. Oleh karena itu, pustakawan sebaiknya punya kemampuan yang cukup dalam hal pencarian, pengolahan dan kemas-ulang informasi, serta kemampuan belajar secara cepat dan kemam-puan berkomunikasi.

Konsep Mekanisme Trasformasi Pengeta-huan dalam Organisasi Pembelajar

Transformasi pengetahuan ini bergantung dengan mental dan budaya untuk setiap individu sehingga aktualisasi aktivitas di dalam organisasi akan dilandasi pada keyakinan baru sebagai kesepakatan bersama (anggota organisasi bekerja dengan spirit baru).  Berdasarkan model mental organisasi yang disepakati bersama inilah mereka kemudian mengakutalisasikan pengetahuannya menjadi strategi, program, sistem/dokumen baru sebagai pedoman kerja seluruh anggota.

Faktor yang penting dalam Implementasi Knowledge Management
a.    Manusia
Baik berupa tacit knowledge ataupun explicit knowledge yang mampu di-sharing/transfer dalam institusi atau organisasi.
b.    Leadersihp
Keberhasilan KM didukung peran pemimpin dalam membangun visi yang kuat dengan menggalang dan mengarahkan partisipasi semua anggota organisasi dalam mewujudkan visinya.
c.    Teknologi
Dukungan infrastruktur yang kuat dalam penyebaran informasi pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula.
d.    Organisasi
Aspek pengaturan yang jelas dalam hal ini termasuk reward yang berpartisipasi dalam penyebaran informasi
e.    Learning
Kemauan belajar untuk setiap individu sehing-ga muncul ide-ide, inovasi dan knoeledge baru, yang menjadi komoditas utama dalam KM.

Hal yang esensial dalam knowledge management adalah terbentuknya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga para pekerja ter-motivasi untuk terus belajar, memanfaatkan informasi atau pengetahuan yang disediakan perusahaan, dan menumbuh kembangkan penge-tahuan individualnya serta pada akhirnya mau berbagi pengetahuan baru yang didapatnya untuk menjadi pengetahuan organisasi, atau dengan kata lain knowledge management focus agar manusia didalamnya produktif utnuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan mau berbagi pengetahuan yang dimilikinya.

Perkembangan teknologi informasi telah meningkatkan produktivitas penemuan pengetahuan (mempermudah proses pengelolaan pengetahuan) serta mempercepat proses implementasinya, sehing-ga organisasi untuk menginstitusionalisasikan dan mendistribusikan pengetahuan yang berasal dari individu anggota oranisasi sesuai dengna kebutuhan dan perkembangannya.

Sosialisasi dan Promosi

Aplikasi sistem manajamen pengetahuan yang kompleks tidak akan berguna kalau tidak digunakan oleh komunitasnya. Karena itu perlu strategi yang tepat untuk memotivasi anggota komunitas agar menggunakan sistem.

Pertama, sosialisasi. Sosialisasi bisa dila-kukan dengan melakukan edukasi kepada komunitas pemakai tentang layanan baru (intranet sistem manajemen pengetahuan) di perpustakaan. Edukasi juga harus disertai dengan pelatihan cara menggunakan sistem intranet.

Kedua, promosi. Promosi sebaiknya berisi manfaat intranet bagi komunitas pemakai perpus-takaan. Jaman sekarang, biasanya produk berbasis teknologi akan berhasil bisa dikaitkan dengan gaya hidup modern yang produktif. Karena itu perlu dirumuskan secara tepat bagaimana mempro-mosikan intranet ini sebagian dari gaya hidup modern di perpustakaan.

Ketiga, reward (hadiah). Hadiah merupakan salah satu motivasi orang untuk berbuat sesuatu. Pengelola Perpustakaan sebaiknya perlu meng-alokasikan dana untuk menyediakan hadiah bagi pemakai yang paling aktif dan banyak memberikan kontribusi penciptaan pengetahuan di intranet.
Keempat, Evaluasi. Suatu pengembangan sistem dianggap baik, bila secara transparan melibatkan pemakai dalam pengembangannya. Karena itu perlu secara berkala komunitas pemakai diajak berdiskusi mengenai usability sistem manajamen pengetahuan yang digunakan. Dari sini, akan didapat masukan-masukan bagi pengembangan sistem lebih lanjut.

Dapat disimpulkan bahwa, baik individu, kelompok ataupun organisasi harus mampu bertahan di era yang penuh ketidak-pastian ini. Organisasi pembelajar yang berisi individu pembelajar yang didukung infrastruktur yang kuat mulai dari pengadaan informasi sampai dengan pengetahuan yang terstruktur dalam digital library, untuk selanjutnya disosialisasikan untuk menghasilkan nilai-nilai baru dalam organisasi. Dimana nilai –nilai baru tersebut mengubah cara pandang setiap elemen organisasi untuk melakukan pengembangan ke arah yang lebih baik.

Referensi:
Abell, Angela dan Nigel Oxbrow, ”Computing with Knowledge: The Information Professional in the Knowledge Management Age”, Library Association Publication, London, 2001.

American National Standard, ”A Guide to the Project Management Body of Knowledge”, Project Management Institute, New Jersey, 2004.

Bell, Housel, “Measuring and Managing Knowledge”, McGraw-Hill, Singapore, 2001.

Davenport, Thomas H and Prusak, L, “Working Knowledge : How Organizations Manage What They Know”, Harvard Business School Press, Boston, 1998.

Davidson, Carl & Philip Voss, “Knowledge Management : An Introduction tocreating  Competitive Advantage fromintellectual capital”, Vision Books, New Delhi, 2003.

Harvard Business School Press, “Harvard Business Review on Knowledge Management”, Harvard Business School Press, Harvard, 1998.

htttp://www.skyrme.com/, tanggal 25 November 2007

http://www.sekitarkita.com, Wcr_putu KM.Doc, 11 September 2007

http://www.ebizzasia.com, 24 Agustus 2007

http://hendrowicaksono.multiply.com/journal/, 24 September 2007

Housel, Thomas J and Arthur H.Bell, “Measuring and Managing Knowledge”, Mc Graw-Hill International Edition, Boston, 2001.

Jann Hidajat Tjakraatmadja, Donal Crestofel Lantu, Knowledge Management dalam konteks organisasi pembelajar, SBMITB, 2006

Jeffery L. Whitten, Lonnie D. Bentl, Kevin C. Dittman, Metode Desain dan Analissi Sistem, 2005.

Kling, Rob, “Learning about InformationTechnology and Social Change: the Contribution of Social Informatics”, The Information Society, Vol.16, No.3, pp 217-232, 2000.

Lendy Widayana, “Knowledge Management: Meningkatkan Daya Saing Bisnis”, Bayumedia Publishing, 2005.

Malhotra, Yogesh, “From Information Management to Knowledge Management: Beyond the “Hi-Tech Hidebound ’Systems” dalam K. Srinantaiah dan MED Koenig (ed), “Knowledge Management for the Information Professional”, Medford, Information Today, Inc.pp:37-61, New York, 2000.

Munteanu Igor, Ionita Veaceslav IONITA, The Management of Knowledge , Cartier,  2003.

Natarajan, Ganesh, “Knowledge Management: Enabling Business Growth” McGraw Hill, New York, 1999.

Nonaka, Ikujiro and Takeuchi, Hirotaka, “The Knowledge-Creating Company: How Japanese Companies Create theDynamics of Innovation”, Oxford University Press, Oxford, 1995.

Paul L. Tobing, Konsep Knowledge Management, Konsep, Arsitektur dan Implementasi, Graha Ilmu, 2007.

Setiarso, Bambang, “Knowledge Sharing in Organizations: models and mechanism”, Special Library Conference May 15-17, 2005.p 14, Kuala Lumpur, 2005.

______________, ”Strategi Pengelolaan Knowledge untuk Meningkatkan Daya Saing UKM”. Proceeding Seminar Ilmiah Nasional PESAT 2005, Universitas Guna Darma, Jakarta, 2005.

Subagyo, H, “Metodologi Pengukuran Peranan Forum Diskusi dalam Proses Berbagi Knowledge; Kasus Intra PDII-LIPI”, Diklat Peneliti Tingkat I, Jakarta,  2006.

Tiwana, Amrit, ”Knoeledge Management Toolkit”, Prentice Hall, New Jersey, 2002.

Tjaraamadja, Jaan Hidayat, “Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajaran”, 2006.